KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM
KEPERAWATAN
(LEADERSHIP)
1.
PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah bagian penting
manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Manajemen mencakup kepemimpinan,
tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian
dan pengawasan.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang
dipunyai seseorang untuk mengarahkan dan mempengaruhi (memotivasi dan
menggerakkan) orang lain yang
dipimpinnya agar mereka memiliki semangat dan kemampuan untuk berperan aktif
dalam semua upaya kerja mencapai tujuan dan sasaran bersama yang telah
ditetapkan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan memadukan pola-pola
pengambilan keputusan dan tindakan yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggota
suatu organisasi menuju arah yang tepat dengan menggunakan sarana yang
semestinya
Dalam studi tentang kepemimpinan, teori
kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan kesifatan, perilaku, dan
situasional. Pendekatan kesifatan
(traits) memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang
tampak. Pendekatan perilaku-perilaku
(behaviours) mengidentifikasi perilaku pribadi yang berhubungan dengan
kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang
individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku tertentu
akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.Pendekatan
situasional pandangan ini
menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi
dengan situasi-tugas yang dilakukan,
keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa
lalu pemimpin bawahan, dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan
pendekatan contigency pada
kepemimpinan, untuk menetapkan faktor situasional yang menentukan seberapa
besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.
2.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN (Mary Parker Follett):
1) Karakteristik
pribadi pemimpin
- Intelegensi/kecerdasan:pengetahuan dan ketrampilan, daya analisa, konsisten, komunikasi, motivasi
- Kedewasaan: sosial dan emosional, aktifitas yang luas/keluasan hubungan sosial, percaya diri
- Keinginan berkembang: motivasi diri dan dorongan berprestasi, pandangan luas, mengejar keberhasilan
- Sikap positif dalam hubungan manusiawi: pengertian, menghargai orang lain, memanfaatkan pengalaman dan kemampuanorang lain, jujur
2) Kelompok
yang dipimpin:
a. Jumlah
anggota kelompok
b. Bentuk
kelompok
c. Kemampuan
dan pengalaman individu kelompok
d. Pola
komunikasi dalam kelompok
e. Kebutuhan
anggota akan kemandirian
f. Informasi
g. Prestasi
3) Situasi
yang dihadapi:
a. Perubahan
situasi
b. Kompleksitas
tugas
c. Fasilitas
yang ada
d. Waktu
yang tersedia untuk menyelesaikan tugas
3.
KARAKTERISTIK
KEPEMIMPINAN (Hellriegel dan Slocum)
• Pemberdayaan,
membagi pengaruh dan pengendalian dengan anggota kelompok dalam memutuskan cara
mencapai tujuan organisasi.
• Intuisi,
memiliki “rasa” terhadap lingkungan, dan kebutuhan serta keinginan yang
dimiliki oleh orang lain.
• Pemahaman Diri,
kemampuan untuk menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Membangun
kekuatan diri dan mengoreksi atau memperbaiki kekurangan.
• Visi,
mempunyai kemampuan membayangkan situasi yang berbeda dan lebih baik serta
mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya.
• Kongruensi Nilai,
kemampuan untuk memahami dan menerima misi serta tujuan dari organisasi dan nilai pegawai serta untuk menyatukannya.
4.
DELAPAN
TEORI KEPEMIMPINAN (GR Terry):
1)
Teori
otokratis
Kepemimpinan menurut
teori ini didasarkan atas perintah perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak
arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Pemimpin cenderung
mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan
seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan
rencana. Pemimpin otokratis menggunakan perintah- perintah yang biasanya
diperkuat oleh adanya sanksi- sanksi dimana disiplin adalah faktor yang
terpenting.
2)
Teori
psikologis
Pendekatan ini terhadap
kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pimpinan adalah mengembangkan
sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja kearah
pencapaian sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi.
Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti pengakuan,
kepastian emosional, dan kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan
kebutuhannya.
3)
Teori
sosiologis
Pihak lain menganggap
bahwa kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para
pemimpin dan yang berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris
antara para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan dengan mengikut sertakan para
pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.Identifikasi tujuan kerapkali
memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para pengikut. Mereka mengetahui hasil
apa, kepercayaan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka. Perlu
diingat bahwa usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi antara para
pengikut, kadang hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam atau di
antara kelompok. Dalam situasi demikian, pemimpin diharapkan untuk mengambil
tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan
harmoni dan usaha kooperatif antara para pengikutnya.
4)
Teori
supportif
Pihak pemimpin
berangapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik baiknya dan bahwa ia
dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu usaha mereka. Untuk
maksud itu, pihak pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu
mempertebal keinginan pada setiap pengikut untuk malaksanakan pekerjaan sebaik
mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skillnya serta
keinginannya sendiri. Saran-saran mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan
lebih baik
5)
Teori
laissez faire
Seorang pemimpin
memberikan kebebasan seluas luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan
aktvitas mereka, ia tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukan , maka
partisipasi tsb hampir tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan
langsung dari teori otokratis.
6)
Teori
perilaku
Seorang pemimpin tidak
berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam setiap situasi yang
dihadapi. Hingga pada tingkat tertentu bersifat fleksibel, karena ia
beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah yang paling tepat untuk menghadapi
sesuatu problem tertentu. Hal ini
memberikan gambaran tentang sebuah “kontinuum” di mana tindakan pemimpin dan
jumlah otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan pembuatan keputusan
atau partisipasi yang terbuka bagi pihak bawahan.
7)
Teori
situasi
Pendekatan ini untuk
menerangkan kepemimpinan menyatakan harus terdapat banyak fleksibilitas dalam
kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi.
Kepemimpinan bersifat multidimensi. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan
terdiri dari tiga macam elemen yakni: pemimpin-pengikut-situasi. Situasi
dianggap sebagai elemen yang terpenting karena ia memiliki paling banyak
variabel.
8)
Teori
sosial/sifat
Diantara sifat sifat
yang dianggap harus dimiliki seorang pemimpin antara lain: Intelegensi,
Inisiatif, Energi, Kedewasaan emosional, persuasif, Skill komunikatif,
Kepercayaan diri, Perseptif, Kreativitas, Partisipasi sosial.
5.
GAYA
KEPEMIMPINAN
Gaya
kepemimpinan didefinisikan “sebagai kombinasi yang berbeda dari perilaku tugas
dan hubungan yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain untuk menyelesaikan
tujuan” (Huber, 2000).Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang
untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai
suatu tujuan.
Dasar
yang sering digunakan untuk mengelompokkan gaya kepemimpinan adalah :
1) Tugas
yang harus dilakukan oleh pemimpin
2) Kewajiban
pemimpin
3) Falsafah
yang dianut oleh pemimpin.
Beberapa gaya kepemimpinan:
1)
Kepemimpinan
Karismatik, dicirikan dengan suatu hubungan
emosional antara pemimpin dan anggota kelompok yang dipimpinnya ”menginspirasi
orang lain dengan mendapatkan komitmen emosional dari pengikut dan dengan
membangkitkan rasa setia dan antusiasme yang kuat”. Suatu hubungan karismatik
ada saat pemimpin dapat mengkomunikasikan rencana perubahan dan pengikut
mematuhi rencana karena keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap kemampuan
pemimpin. Pengikut dari pemimpin karismatik dapat mengatasi kesulitan ekstrem
untuk mencapai tujuan karena keyakinan mereka terhadap pemimpin. Pemimpin
dianggap beriwibawa, berkemampuan menjadi teladan, serta bersikap objektif.
2)
Kepemimpinan
otoriter,pemimpin membuat keputusan untuk kelompok, gaya
kepemimpinan seperti ini disebut sebagai kepemimpinan direktif atau otokratik.
Pemimpin menganggap bahwa semua kewajiban untuk menentukan kebijakan,
memberikan perintah, motivasi, arahan, berpusat di tangannya. Seorang otokrat
juga mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimalkan
penyimpangan dari arahan yang ia berikan. Pemimpin seperti ini merasa bahwa
hanya ia yang berkompeten untuk memutuskan dan menganggap bahwa bawahannya
tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri. Di lain pihak, ia mungkin
mempunyai alasan-alasan untuk mengambil posisi yang kuat untuk mengarahkan dan
berinisiatif.
Kepemimpinan otoriter
mungkin paling efektif pada situasi yang membutuhkan keputusan segera, ketika
seseorang harus mengemban tanggungjawab tanpa ditentang oleh anggota tim yang
lain. Juga pada saat anggota kelompok tidak mampu atau tidak ingin
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
3)
Kepemimpinan
Demokratis atau partisipatif, gaya kepemimpinan
demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan
kemampuan seseorang. Pemimpin demokratis menggunakan kekuatan pribadi dan
kekuatan jabatan untuk menarik gagasan dari para pegawai dan memotivasi anggota
kelompok kerja untuk menentukan tujuan mereka sendiri, mengembangkan rencana
mereka, dan mengontrol praktik mereka sendiri. Pemimpin bertindak sebagai
katalisator, secara aktif memandu kelompok ke arah pencapaian tujuan kelompok.
Kepemimpinan demokratis dilandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a. Setiap
anggota kelompok harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
b. Kebebasan
keyakinan dan tindakan diperbolehkan dalam batasan yang masuk akal yang
ditetapkan oleh masyarakat dan kelompok.
c. Tiap
individu bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan kesejahteraan
kelompok
d. Harus
ada perhatian dan pertimbangan untuk tiap anggota kelompok sebagai individu
yang unik
Meskipun
kepemimpinan demokratis kurang efisien dan lebih tidak praktis dibandingkan kepemimpinan
otoriter, kepemimpinan jenis ini memungkinkan motivasi diri dan kreatifitas
lebih besar di dalam anggota kelompok. Kepemimpinan demokratis membutuhkan
kerjasama dan koordinasi yang sangat besar dari anggota kelompok. Gaya
kepemimpinan ini dapat sangat efektif dalam tatanan perawatan kesehatan.
4)
Kepemimpin
Laissez-Faireatau gaya “membiarkan” atau tanpa
pengarahan adalah gaya mengatur atau mengkoordinasi, dan memaksa bawahan untuk
merencanakan, melakukan, dan menilai pekerjaan mereka sendiri. Pemimpin tidak
aktif, pasif, dan permisif, yang memberikan sedikit perintah, pertanyaan,
anjuran, atau kritikan. Meskipun terdapat derajat kepemimpinan yang non
direktif yang bervariasi, partisipasi kepemimpinan, secara umum, minimal.
Anggota kelompok dapat bertindak secara mandiri akibat kurangnya kerjasama atau
koordinasi. Apatis, kekacauan, dan frustasi dapat meningkat.
Pendekatan
laissez-faire akan berhasil sangat baik jika anggota kelompok memiliki
kematangan personal dan profesional, sehingga saat kelompok telah membuat
keputusan, anggota kelompok berkomitmen terhadap keputusan itu dan memiliki
keahlian yang dibutuhkan untuk mengimplementasikannya. Setiap anggota kelompok
individu kemudian melakukan tugas dalam keahlian mereka, dengan pemimpin
bertindak sebagai narasumber.
5)
Kepemimpinan
situasional, tingkat pengarahan dan dukungan
bervariasi bergantung pada tingkat kematangan pegawai atau kelompok. Pemimpin
menerapkan satu dari empat gaya :
a. Direktif,
gaya kepemimpinan yang dicirikan dengan pemberian instruksi yang jelas dan
arahan spesifik untuk pegawai yang tidak matang
b. Coaching,
gaya kepemimpinan yang dicirikan dengan pengembangan komunikasi dua arah dan
membantu pekerja yang menuju kematangan membangun rasa percaya diri dan
motivasi
c. Supporting,
gaya kepemimpinan yang dicirikan dengan komunikasi aktif dua arah dan mendukung
upaya pekerja yang matang untuk menggunakan bakat mereka
d. Delegating,
gaya kepemimpinan tanpa intervensi ketika pegawai yang sudah sangat matang
diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan rencana dan membuat keputusan tugas
Isu
penting dalam kepemimpinan situasional adalah nilai yang diletakkan pada
penyelesaian tugas dan pada hubungan interpersonal antara pemimpin dan anggota
kelompok serta antar anggota kelompok.
6)
Kepemimpinan
transaksional, menunjukkan manajer tradisional yang
berfokus pada tugas dari hari ke hari dalam mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin transaksional memahami dan memenuhi kebutuhan kelompok. Hubungan
dengan pengikut dilandaskan pada pertukaran beberapa sumber yang dihargai
pengikut. Insentif ini digunakan untuk
meningkatkan kesetiaan dan performa.
7)
Kepemimpinan
transformasional, mempertimbangkan karakteristik manajer
menekankan kembali visi yang dibagi manajer dengan kelompok dan menekankan
pentingnya mempersiapkan orang untuk berubah. Kepemimpinan transformasional
dicirikan dengan empat faktor primer :
a. Karisma,
pemimpin karismatik sangat dihargai dan dipandang dengan penuh rasa hormat,
dedikasi, dan kekaguman. Mereka menetapkan standar tinggi, menantang staff
mereka untuk melebihi tingkat usaha yang diharapkan
b. Motivasi inspirasional,
pemimpin berbagi visi dengan staff yang menarik emosi dan cita-cita mereka
c. Simulasi intelektual,
pemimpin menstimulasi pengikut untuk
mempertanyakan secara kritis mengenai apa yang mereka lakukan dan mengapa.
d. Contingent reward,
pemimpin menyadari tujuan yang disepakati bersama dan memberikan penghargaan
pada pencapaian pegawai.
Kepemimpinan
transformasional diharapkan menjadi hal yang sangat penting dalam menciptakan
sistem perawatan kesehatan yang mewujudkan kesejahteraan komunitas, perawatan
dasar untuk semua, efektifitas biaya, dan asuhan keperawatan holistik.
Enam
faktor dalam kepemimpinan transformasional yang akan mempengaruhi
perubahan-perubahan antara lain :
a. Menguasai
perubahan
b. Berfikir
sistem
c. Visi
bersama
d. Perbaikan
kualitas secara terus menerus
e. Kemampuan
untuk mendefisinikan kembali perawatan kesehatan
f. Komitmen
untuk melayani publik dan komunitas
8) Caring
leadership, adalah suatu konsep yang merupakan
perluasan dari transformasional yang menyatakan : manajemen yang baik sebagian
besar adalah urusan caring, karena manajemen yang tepat melibatkan caring untuk
orang lain, tidak memanipulasi mereka. Caring
leadership mengenali pentingnya caring dalam praktik keperawatan yang
mengkombinasikan konsep teori caring dan teori keperawatan .
9) Kepemimpinan yang efektif
adalah suatu proses yang dipelajari yang membutuhkan pemahaman mengenai
kebutuhan dan tujuan yang memotivasi kelompok, pengetahuan untuk
mengaplikasikan ketrampilan kepemimpinan, dan ketrampilan interpersonal untuk
mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan humanistik dapat bertindak sebagai alat
untuk menciptakan lingkungan yang menstimulasi, memotivasi, dan memberdayakan
perawat profesional.
10) Kepemimpinan partisipatif,
seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya secara konsultatif adalah
pemimpin yang menggunakan gaya partisipatif. Artinya, ia tidak mendeklarasikan
wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan
tertentu kepada staf / bawahannya. Akan tetapi, ia mencari berbagai pendapat
dan pemikiran dari para bawahan mengenai keputusan yang akan diambil. Pemimpin
dengan gaya pertisipatif akan secara serius mendengarkan dan menilai pemikiran
para bawahannya dan menerima sumbangan pemikiran mereka, sejauh pemikiran
tersebut bisa dipraktikan. Pemimpin seperti itu akan mendorong kemampuan
mengambil keputusan dari para staf/bawahannya. Selain itu, ia juga mendorong
staf agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab
yang lebih luas. Pemimpin akan menjadi lebih suportif dalam kontak dengan para
staf/bawahannya dan bukan bersikap diktator. Meskipun, tentu saja wewenang
terakhir dalam pengambilan keputusan ada pada pemimpin.
11) Kepemimpinan free reign,
pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahan
dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pemimpin akan mengatakan, “ inilah
pekerjaan yang harus Anda lakukan. Saya tidak perduli bagaimana Anda mengerjakannya,
asalkan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik “. Di sini pemimpin
menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para
staf/bawahan. Dalam hal ini, pemimpin menginginkan agar para staf/bawahan dapat
mengendalikan diri mereka masing-masing dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Selain
beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemimpinan yang
lain, yaitu :
1) Gaya militeristik,
yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin menuntut disiplin yang tinggi
dan baku dari bawahann, senang pada formalitas, dan menerapkan sistem perintah
untuk mengarahkan bawahan.
2) Gaya paternalistik,
yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin sering bersikap mahatahu,
menganggap bawahan belum dewasa, dan jarang memberi kesempatan pada bawahan
untuk mengambil keputusan dan insiatif, maupun mengembangkan kreativitas.
Selain
itu, dalam buku Creative Edge, William C. Miller menguraikan lima gaya
kepemimpinan, yaitu :
1) Memerintah ( tell ),contoh : “Berdasarkan keputusan saya,
ini adalah apa yang saya ingin Anda lakukan”
2) Membujuk (sell), contoh : “Berdasarkan keputusan saya,
saya ingin Anda lakukan, karena……”
3) Berkonsultasi ( consult ), contoh : “Sebelum saya membuat
keputusan, saya menginginkan masukan dari Anda”
4) Meminta partisipasi (partisipative).
Contoh : “Kita perlu membuat suatu keputusan bersama”
5) Mendelegasikan ( delegate ),contoh
: “Anda saja yang membuat keputusan”
Dalam
penggunaannya sehari-hari, gaya kepemimpinan William C. Miller tersebut
dimodifikasi menjadi tiga gaya saya, yaitu tell,
participative, dan delegate. Gaya
tersebut digunakan oleh pemimpin untuk menilai staf/bawahannya satu persatu,
apakah si A termasuk jenis “tell”, pegawai yang setiap saat harus diarahkan
secara detail dalam melakukan tugas. Akan tetapi bila si B adalah pegawai yang
dapat memberikan masukan pada pemimpin, maka si B termasuk dalam golongan “
participative” sehingga pemimpin dapat menggunakan gaya partisipatif dalam
memberikan tugas kepada si B, dan seterusnya.
6.
PERAN
PEMIMPIN PADA UMUMNYA
1)
Menetapkan arah dasar: merumuskan visi yang memuat
nilai-nilai dasar yang mau dikejar, misi, tujuan, sasaran dan strategi
pencapaiannya
2)
Mampu
mengkomunikasikan dengan baik visi-misi organisasi kepada yang dipimpinnya
3)
Menggerakkan
orang lain yang dipimpin dengan membangun koalisi & kerjasama dalam tim
4)
Memotivasi
dan memberi inspirasi kepada orang-orang yang dipimpinnya
5)
Membuat
perubahan yang diperlukan guna memcapai tujuan
6)
Mendelegasikan
tugas dan mengontrol pelaksanaannya
7)
Memberdayakan
staf dan anak buah dengan melatih & memberi kepercayaan
8)
Mengambil
keputusan dan bertanggung jawab atasnya
7.
KIAT
SEORANG PEMIMPIN UNTUK MEMPERTAJAM DAN MENINGKATKAN JIWA KEPEMIMPINAN :
1) Memiliki
kepemimpinan karismatik yang tidak dapat diukur secara kuantitas
2) Memiliki
kecerdasan, kepandaian, dan pengetahuan mengenai pekerjaan yang ditangani
3) Memiliki
sifat adil, cerdas, baik, realistis,
4) Memiliki
keyakinan untuk berhasil
5) Selalu
tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan
6) Mengetahui
tugasnya
7) Pandai
mengawasi dan menganalisis
8) Sanggup
mendelegasikan wewenang
9) Menetapkan
standar yang cukup tinggi
10) Mempunyai
prestasi tinggi
11) Dapat
menetapkan dan meraih tujuan , ambisi dan sasaran
12) Mengakui
kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain
13) Dapat
mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan
14) Belajar
dari pengalaman langsung
15) Memahami
penggunaan kekuasaan
16) Dapat
menemukan dan menggunakan sumberdaya secara tepat
8.
CIRI
PEMIMPIN YANG SUKSES
1)
Mampu
menggerakkan semangat dan dukungan staf serta karyawannya
2)
Berani
mengakui kesalahan dan menerima konsekuensinya daripada menyalahkan orang lain
3)
Dapat
menyesuaikan diri dengan banyak orang yang bervariasi dan peka terhadap orang
lain
4)
Memiliki
ketrampilan hubungan interpersonal yang tinggi
5)
Tenang
dan penuh keyakinan, memiliki integritas pribadi
6)
Peduli
dan solider dengan yang dipimpin serta dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi
mereka
9.
KUALITAS
PRIBADI PEMIMPIN SEJATI (C.Lowney)
1) Self-awareness:
memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai dan pandangan hidup yang ia
perjuangkan dan hayati
2) Ingenuity:
dengan penuh keyakinan melakukan inovasi dan adaptasi guna menanggapi dunia
yang terus berubah
3) Love:
melibatkan orang lain dengan sikap positif dan penuh cinta guna mengembangkan
potensi mereka
4) Heroism:
memberikan energi kepada dirinya dan orang lain dengan memupuk heroic
ambitions & passion for excellence
KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTIK
KEPERAWATAN
SERVANT LEADERSHIP
1)
Customer service :rule 1 : if we don’t take
care of our customer, some-one else will
2)
Punya
customer satisfaction vision
3)
Berusaha
memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen = kunci keberhasilan dalam
persaingan
4)
Tidak
otoriter dan tanpa kekerasan, tetapi rendah hati dan penuh cinta
5)
Mencapai
tujuan dengan saling melayani
COMPASSIONATE LEADERSHIP
1)
5 tahap yang harus dilalui:
a.
turun langsung kelapangan (go)
b.
melihat kenyataan yang ada (see)
c.
berempati dengan dan merasakan
penderitaan orang lain yang dihadapi (feel)
d.
peduli (care)
e.
bertindak menolong (act)
2)
Mendorong tindakan kasih yang inklusif
3)
Tanggapan seketika terhadap kebutuhan
langsung dalam situasi konkret
4)
Perlu layanan profesional tapi tidak
melulu teknis
5)
Butuh pendidikan hati yang peduli pada
yang miskin dan menderita
EMPOWERING LEADERSHIP
1)
Bersikap positif terhadap rekan kerja
dan orang yang dipimpin: mengenali potensi mereka dan mengembangkannya
2)
Mampu memotivasi orang untuk memberikan
yang terbaik dari dirinya
3)
Mendelegasikan tugas seraya melatih anak
buah untuk meningkatkan kinerjanya
KEPEMIMPINAN SEBAGAI “GEMBALA” YANG
BAIK
1) Mengenal
nama dan menyapa dengan nama orang yang dipimpinnya
2) Mengenal
kondisi masing-masing anak buahnya
3) Mengenal
medan penggembalaannya
4) Tahu
cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan para anak buahnya dan menggerakkan
mereka
5) Menjaga,
melindungi, mencintai anak buahnya
6) Mengutamakan
keselamatan anak buahnya dari pada keselamatannya sendiri
7) Dapat
menjadi panutan bagi anak buahnya
8) Mau
mendengarkan keluhan dan umpan balik dari yang dipimpin
STEWARD LEADERSHIP
(“Steward”
= orang yang diberi kepercayaan untuk mengelola harta kekayaan milik orang
lain; harta itu bukan milik sendiri)
1) Pemimpin
wajib mempertanggungjawabkan kebijakan dan keputusannya kepada Tuhan dan
stakeholders
2) Perlu
jujur, jeli dan kreatif mengusahakan pengembangan modal yang dipercayakan
kepadanya
LEADING WITH INTEGRITY
1) Pemimpin
seharusnya dapat dipercaya oleh orang yang dipimpinnya, perlu memiliki
integritas (satunya kata dan perbuatan)
2) Pemimpin
seharusnya memiliki wibawa karena kekuatan karakter dan keutuhan kepribadiannya
Setelah
kita mengetahui berbagai gaya kepemimpinan, pertanyaan yang muncul adalah, gaya
kepemimpinan manakah yang dianggap paling baik? Sukar untuk menjawabnya, karena
tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua situasi. Jawaban yang
lebih tepat, gaya kepemimpinan yang diterapkan harus memperhatikan berbagai
faktor seperti faktor organisasi, pemimpin ( manajer ), bawahan, dan situasi
penugasan.
Referensi
Kathleen
Koenig Blais (et al), Praktik Keperawatan
Profesional : Konsep & Perspektif, Ed. 4
Alih bahasa: Yuyun Yuningsih, Nike
Budhi Subekti, Jakarta: EGC, 2007.
Nusalam,
Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam
Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3.
Jakarta:
Salemba Medika, 2011.
Patricia
S. Yoder-Wise. Leading and Managing in
Nursing. Third Edition. USA: Mosby,
2003.
Suarli,
Yanyan Bahtiar, Manajemen Keperawatan
Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga
2010.
T.
Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2.
Yogyakarta: BPFE Fakultas Ekonomi UGM, 2003.
Winardi,
Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta:
Rineka Cipta, 2000.