This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Wednesday, 12 November 2014

INHOUSE TRAINING KEPERAWATAN


Tepatnya pada tanggal 12 November 2014 di ruang PSDI RS. Muhammadiyah Lamongan terlihat ramai oleh para perawat. Setelah ditelusuri ternyata diruangan ini diadakan Inhouse Training keperawatan dengan tema "Terapi Intravena".
Bu Ninik Endang ST selaku Ketua Komite Keperawatan menegaskan pada acara tersebut yang menyampaikan materi adalah dari PT. Pro Device, untuk peserta yang hadir sekitar 40 orang perawat yang diundang dari berbagai ruangan rawat inap maupun rawat jalan.


Thursday, 6 November 2014

PEDOMAN PENEGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN PERAWAT INDONESIA

Wednesday, 5 November 2014

UU NO 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan ucapan Alhamdulillah, akhirnya Undang- undang tentang keperawatan telah disahkan. Berikut kami lampirkan UU no 38 Th 2014 tentang Keperawatan sbb: DOWNLOAD

Sunday, 2 November 2014

9 KEBIASAAN BAIK YANG PERLU DILAKUKAN UMAT ISLAM


بِسْÙ…ِ اللَّÙ‡ِ الرَّØ­ْÙ…َÙ†ِ الرَّØ­ِيمِ
VISI  DAN MISI KEHIDUPAN MANUSIA
Oleh : Uzt Zaini Munir Fadholi
(Materi Orientasi Akidah UNIRES, Gedung U, Selasa-18-09-2012)
Visi adalaha apa yang hendak kamu capai, dan misi adalah apa yang harus kamu lakukan untuk mencapainya. So apa visi hidup manusia?, jawabannya ada di al-An’am 162-163. Inti dari ayat  tersebut adalah tekad dan janji untuk mencapai ridha Allah. Untuk mencapai hal itu, misinya juga telah disampaikan di  dalam al-Qur’an ; adz-Dzari’at : 106. Jadi misi kita adalah BERIBADAH!.
Nah sekarang, apa ibadah itu?, simple, ibadah adalah tunduk patuh kepada Allah berlandaskan cinta kepada-Nya. Dalam pengertian ini, maka semua yang kita lakukan karena ketundukan dan kecintaan kepada Allah bisa disebut ibadah.
Trus, kenapa kita harus beribadah?... ada bebarapa jawaban :
1.      Karena Allah adalah Rabb manusia yang telah menciptakan kita dan semu manusia, termasuk semua kebutuhan manusia di jagad ini (al-Baqarqh : 22-21).
Manusia-manusia yang tidak mau beribadah kepada Allah tanpa memperhatikan status ke-Rabb-an Allah, ditegur oleh Allah di dalam al-Infithar : 6-9. Hai manusia, apa yang membuatmu tertipu sehingga tidak beribadah?, padahal  Dia lah yang telah menciptakan kamu dengan sebaik-baiknya?. Jadi ibadah adalah tanda bahwa kita ini memang “waras” dan tahu diri.
2.      Karena manusia pasti kembali pada Allah dan mempertanggung jawabkan misi hidupnya.  Yaasin : 22. Al-Insyiqaq : 6-14.
 Kedua kelompok ayat ini mengingatkan manusia bahwa akhirnya manusia akan kembali kepada  Allah, maka sangat wajar jika mempersipan diri dengan beribadah. Nasib manusia ketika kelak bertemu dengan Allah tergantung bagaimana ia menyelelsaikan misi hidupnya.
Misi ibadah adalah misi maha penting, maka untuk melaksanaannya tidak boleh sembarangan, melainkan mengikuti petunjuk yang telah dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw. Rasulullah saw pernah membuat gambar lurus dan disampingnya ada garis-garis bengkok-bengkok, lalu beliau membacakan al-An’am : 153.
II. THE NINE GOLDEN HABIT YANG DISOSIALOSASIKAN PP MUHAMMADIYAH
 (sebuah langkah awal untuk meningkatkan kualitas misi hidup kita)
1.      Shalat (pertama dihisab –Sunan Kubra Nasa’i)
a.      Biasakan shalat wajib di awal waktu (amal utama menurut banyak riwayat)
b.      Shalat dengan berjamaah dan diiringi rawatib (dalam hadis 27 derajat lebih baik, langkah kaki penghapus dosa, duduk menunggu waktu sama dengan pahala shalat, 12 rakaat rawatib sehari semalam dibangunkan rumah di surga)
c.       Tahajjud sepertiga malam terakhir.
d.      Shalat dhuha (lebih dari shadaqah 360 sendi, 4 rakaat dicukupkan rezki siang itu)
2.      Puasa
a.      Wajib tentu saja
b.      Sunnah, Daud, Senin-Kamis, Sebulan 3 hari ayyam al-Bidh 13,14,15. 10 Muharram, Arafah
3.      Infaq
a.      Atleast 2,5 % dari harta kamu tiap bulan, penghasilan ataupun jajan dari ortu. (al-Ma’arij : 24,25)
4.      Tadarrus
a. Usahakan 1 juz 1 hari. (Faathir : 29-30), al-Muzammil : 4.
b.      Pelajari kandungannya juga
5.      Menjaga adab Islami
a.      Pergaulan muda mudi. Zina-zina kecil
b.      Pada orang tua, dan yang lebih tua dari kita
c.       Menjaga  hak-hak sesama muslim ; salam, undangan didatangi, dinasehati, dijawab bersinnya, sakit ditengok, tkziyah
d.      Aktifitas sehari2 dengan bsimillah, tayammun.
e.      Dalam berpakaian (an-Nur : 31)....shinfaani min ahlinnar lam araahuma dst
6.      Baca buku!.
a.      Sehari minimal 1 jam untuk baca buku dengan serius
7.      Mengaji dan Berada dalam Komunitas Orang Shaleh
a.      Ikutilah kajian minimal seminggu sekali
8.      Berorganisasi
Carilah organisasi apa saja yang baik, utamanya yang berdakwah dst...
9.      Berfikir Positif!!!!!!!
Awal dari semua... yeah!!.
a.      Sumber pikiran positif SUMBER UTAMANYA adalah berprasangka baik kepada Allah ta’ala. Al-Hasyr : 22-24.
b.      Lihatlah hidup dengan kaca mata positif, semangat doa rabbana atina fiddunya hasaanah wa fil akhirati hsanah
c.       Lihatlah dirirmu sebagai orang hebat
d.      Berfikir positif pada orang lain....sangat penting dalam tentukan teman dan lawan
e.      Dalam menyikapi sesuatu

Tuesday, 20 May 2014

paradigma akreditasi 2012 di bidang Keperawatan

Akreditasi Rumah Sakit merupakan suatu proses dimana sutu lembaga independen melakukan assesmen terhadap rumah sakit. tujuannya adalah menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Dalam akreditasi versi 2012 untuk bidang keperawatan merupakan hala yang paling banyak didalam bab akreditasi. Seluruh komponen yang ada dirumah sakit harus terlibat total dam meningkatkan mutu pelayanan serta peningkatan keselamatan pasien.
pada bab sasaran keselamatan pasien ini sangat bersinggungan dengan perawat pelaksana dilapangan sehingga perlu adanya satu kesatuan visi utuk mewujudkan hal tersebut mulai dari identifikasi, komunikasi efektif, peningkatan keamanan obat HAM, kepastian tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi, penggurangan pasien infeksi serta pengurangan risiko pasien jatuh. semua itu perlu adanya assesmen yang cukup baik serta pemahaman yang sama tentang keselamatan pasien.
hak pasien dan keluarga juga perlu dijelaskan pada keluarga sesuai dengan UU NO 44 pasal 32 Tahun 2009 yang ada 18 point. pendidikan pasien dan keluarga juga harus tertulis dan ada bukti di status pasien masing masing serta tidak kala pentingnya adalah bagaimana dengan peningkatan mutu dan keselamatan pasien masing - masing unit harus menentukan mutu sesuai dengan profil unitnya.

Wednesday, 16 April 2014

pengukuran Produktifitas Kerja



Pengukuran produktivitas kerja
Produktivitas kerja diukur dengan kuesioner kerusakan aktiviitas dan produktivitas kerja (Work Productivity and Activity Impairment Questionnaire/WPAI-GH) terdiri dari ketidakhadiran (jumlah hari tidak masuk kerja dalam 7 hari terakhir), kehadiran (datang bekerja walaupun dalam keadaan sakit atau merasa tidak enak badan) kehilangan produktifitas kerja (mengubah beban kerja) dan kerusakan aktivitas (tidak melakukan pekerjaan dalam 7 hari terakhir berhubungan dengan masalah kesehatan). Skor dari alat ini diekspresikan dalam tingginya jumlah presentasi kerusakan yang mencerminkan penurunan produktivitas. WPAI-GH bermanfaat untuk penelitian pada produktivitas tempat kerja dan berhubungan positif dengan berbagai jenis gejala dari sehat sakit. WPAI-GH dipilih karena instrument lain yang mengukur produktivitas kerja tidak termasuk kehadiran dan ketidakhadiran (Letvak, 2008).
Menurut Relly MC (1993) produktifitas kerja seseorang dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ektrinsik. Faktor intrinsik antara lain pengalaman kerja, sikap dan pendidikan  akan mempengaruhi ketrampilan dan skill disamping perkembangan teknologi. Faktor ekstrinsik yaitu manajemen, fasilitas kerja, lingkungan kerja dll yang akan mempengaruhi hubungan sosial antar individu. Lingkungan kerja yang baik serta hubungan social yang baik akan memberikan motivasi kerja yang tinggi sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja seseorang. produktivitas kerja seseorang akan menggambarkan produktivitas kerja organisasi yaitu efektivitas dan efesiensi. Produktivitas kerja yang diukur oleh Relly MC adalah dengan memakai WPAI.
Tekanan  untuk menekan biaya telah mengarahkan pada peningkatan ketertarikan terhadap produktivitas kerja perawat, karena biaya perawat adalah kategori tersendiri yang paling banyak diantara seluruh biaya lingkungan di rumah sakit.  Diperlukan usaha untuk meningkatkan produktiitas yang mempengaruhi pasien outcomes dan kualitas dari asuhan keperawatan. produktivitas keperawatan seharusnya dinilai tidak hanya sebagai keberhasilan dalam efisiensi tapi berhubungan juga dengan pengkajian tentang keefektifan. Keefektifan mengarah pada keselamatan pasien, mutu pelayanan, kepuasan pasien dan pasien outcomes seprti peningkatan status kesehatan. Indicator output yang lainnya adalah moral dari pekerja, kepuasan kerja, ketahanan, kehadiran (absensi), pergantian perawat; dengan kata lain, indicator kesejahteraan diantara para personel menurut Edwards dalam O’conor (2010)
Insititute for Management of Development, Swiss, World Competitiveness Book (2007), memberitakan bahwa pada tahun 2005, peringkat produktivitas kerja Indonesia berada pada posisi 59 dari 60 negara yang disurvei. Atau semakin turun ketimbang tahun 2001 yang mencapai urutan 46. Sementara itu negara-negara Asia lainnya berada di atas Indonesia seperti Singapura (peringkat 1), Thailand (27), Malaysia (28), Korea (29), Cina (31), India (39), dan Filipina (49). Urutan peringkat ini berkaitan juga dengan kinerja pada dimensi lainnya yakni pada Economic Performance pada tahun 2005 berada pada urutan buncit yakni ke 60, Business Efficiency (59), dan Government Efficiency (55). Lagi-lagi diduga kuat bahwa semuanya itu karena mutu sumberdaya manusia Indonesia yang tidak mampu bersaing. Juga mungkin karena faktor budaya kerja yang juga masih lemah dan tidak merata. Bisa dibayangkan dengan kondisi krisis finansial global belakangan ini bisa-bisa posisi Indonesia akan bertahan kalau tidak ada remedi yang tepat (Mangunprawira, 2010).
Pengukuran produktivitas tenaga kerja menurut system pemasukan fisik perorangan/perorang atau per jam kerja orang diterima secara luas, namun dari sudut pandangan/ pengawasan harian, pengukuran-pengukuran tersebut pada umumnya tidak memuaskan, dikarenakan adanya variasi dalam jumlah yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk yang berbeda. Oleh karena itu, digunakan metode pengukuran waktu tenaga kerja (jam, hari atau tahun). Pengeluaran diubah ke dalam unit-unit pekerja yang biasanya diartikan sebagai jumlah kerja yang dapat dilakukan dalam satu jam oleh pekerja yang terpercaya yang bekerja menurut pelaksanaan standar (Kurnia,2010).
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dalam mengetahui ada tidaknya perubahan, perbedaan dan sebagainya. Tanpa pengukuran, maka kita tidak akan mungkin dapat mengatakan bahwa orang itu produktif sementara kita tidak mengukurnya, maka kesimpulannya diambil dengan spekulasi, sehingga tidak ilmia atau kesimpulan tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan (Tohardi, 2002).
Papas & Reimer dalam Dale (2002) menyatakan Sebelum produktivitas R&P teukur, manajemen puncak pertam-tama harus menentukan apa yang mereka harapkan untuk diperoleh dari pusat riset mereka, dan apa tujuan dari system pengukuran produktivitas.
Menurut Atmospeprapto (2000) ada dua titik kunci untuk mengukur keragaan pada setiap situasi :
1.      Lebih memusatkan pada hasil akhir daripada kegiatan-kegiatan.
2.      Berpikir pada perbandingan dari kenyataan terhadap yang seharusnya.
Pengukuran produktivitas menurut Sinungan (1995), dalam arti perbandingan dapat dibedakan dalam tiga jenis antara lain :
1.      Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini memuaskan namun hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya.
2.      Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi,proses) dengan lainnya. Pengukuran ini menunjukkan pencapaian relatif.
3.      Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan ini merupakan hal yang terbaik sebagai pemusatan sasaran/tujuan.
Relevan dengan ukuran-ukuran di atas, Mangkunegara (2007) menyatakan beberapa faktor ukuran produktivitas kerja, antara lain :
1.      Kualitas kerja : Ketepatan, ketelitian, keterampilan, kebersihan
2.      Kuantitas Kerja : Output, penyelesaian kerja dengan ekstra
3.      Keandalan : Mengikuti instruksi, inisiatif, kehati-hatian, kerajinan
4.      Sikap : Sikap terhadap perusahaan/pimpinan, sikap terhadap pegawai lain, sikap terhadap pekerjan, sikap kerjasama.
Beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa kondisi utama karyawan yang semakin penting dan menentukan tingkat produktivitas karyawan yaitu pendidikan, motivasi, semangat, disiplin, ketrampilan, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan dan iklim kerja, tehnologi, sarana produksi, managemen, kesempatan berprestasi dan jaminan sosial. Dengan harapan agar karyawan semakin gairah dan mempunyai semangat dalam bekerja (Ravianto, 1995). Akhirnya dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.

Sunday, 2 March 2014

konsep kepemimpinan



KONSEP KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN
 (LEADERSHIP)

1.        PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen. Manajemen mencakup kepemimpinan, tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan, pengorganisasian dan pengawasan.
Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mengarahkan dan mempengaruhi (memotivasi dan menggerakkan)  orang lain yang dipimpinnya agar mereka memiliki semangat dan kemampuan untuk berperan aktif dalam semua upaya kerja mencapai tujuan dan sasaran bersama yang telah ditetapkan. Kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan memadukan pola-pola pengambilan keputusan dan tindakan yang mempengaruhi sikap dan perilaku anggota suatu organisasi menuju arah yang tepat dengan menggunakan sarana yang semestinya
Dalam studi tentang kepemimpinan, teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan kesifatan, perilaku, dan situasional. Pendekatan kesifatan (traits) memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat yang tampak. Pendekatan perilaku-perilaku (behaviours) mengidentifikasi perilaku pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.Pendekatan situasional pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi-tugas  yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin bawahan, dan sebagainya. Pandangan ini telah menimbulkan pendekatan contigency pada kepemimpinan, untuk menetapkan faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.


2.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMIMPINAN (Mary Parker Follett):
1)      Karakteristik pribadi pemimpin
  1. Intelegensi/kecerdasan:pengetahuan dan ketrampilan, daya analisa, konsisten, komunikasi, motivasi
  2. Kedewasaan: sosial dan emosional, aktifitas yang luas/keluasan hubungan sosial, percaya diri
  3. Keinginan berkembang: motivasi diri dan dorongan berprestasi, pandangan luas, mengejar keberhasilan
  4. Sikap positif dalam hubungan manusiawi: pengertian, menghargai orang lain, memanfaatkan pengalaman dan  kemampuanorang lain, jujur

2)      Kelompok yang dipimpin:
a.       Jumlah anggota kelompok
b.      Bentuk kelompok
c.       Kemampuan dan pengalaman individu kelompok
d.      Pola komunikasi dalam kelompok
e.       Kebutuhan anggota akan kemandirian
f.       Informasi
g.      Prestasi
3)      Situasi yang dihadapi:
a.       Perubahan situasi
b.      Kompleksitas tugas
c.       Fasilitas yang ada
d.      Waktu yang tersedia untuk menyelesaikan tugas

3.        KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN (Hellriegel dan Slocum)
      Pemberdayaan, membagi pengaruh dan pengendalian dengan anggota kelompok dalam memutuskan cara mencapai tujuan organisasi.
      Intuisi, memiliki “rasa” terhadap lingkungan, dan kebutuhan serta keinginan yang dimiliki oleh orang lain.
      Pemahaman Diri, kemampuan untuk menyadari kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Membangun kekuatan diri dan mengoreksi atau memperbaiki kekurangan.
      Visi, mempunyai kemampuan membayangkan situasi yang berbeda dan lebih baik serta mengidentifikasi cara-cara untuk mencapainya.
      Kongruensi Nilai, kemampuan untuk memahami dan menerima misi serta tujuan dari organisasi  dan nilai pegawai serta  untuk menyatukannya.
4.             DELAPAN TEORI KEPEMIMPINAN (GR Terry):
1)      Teori otokratis
Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah perintah, pemaksaan dan tindakan yang agak arbitrer dalam hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Pemimpin cenderung mencurahkan perhatian sepenuhnya pada pekerjaan, ia melaksanakan pengawasan seketat mungkin dengan maksud agar pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemimpin otokratis menggunakan perintah- perintah yang biasanya diperkuat oleh adanya sanksi- sanksi dimana disiplin adalah faktor yang terpenting.
2)      Teori psikologis
Pendekatan ini terhadap kepemimpinan menyatakan bahwa fungsi seorang pimpinan adalah mengembangkan sistem motivasi terbaik. Pemimpin merangsang bawahannya untuk bekerja kearah pencapaian sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan pribadi. Kepemimpinan yang memotivasi sangat memperhatikan hal-hal seperti pengakuan, kepastian emosional, dan kesempatan untuk memperhatikan keinginan dan kebutuhannya.

3)      Teori sosiologis
Pihak lain menganggap bahwa kepemimpinan terdiri dari usaha-usaha yang melancarkan aktivitas para pemimpin dan yang berusaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikut. Pemimpin menetapkan tujuan dengan mengikut sertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.Identifikasi tujuan kerapkali memberikan petunjuk yang diperlukan oleh para pengikut. Mereka mengetahui hasil apa, kepercayaan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka. Perlu diingat bahwa usaha untuk mencapai tujuan mempengaruhi interaksi antara para pengikut, kadang hingga tingkat timbulnya konflik yang merusak di dalam atau di antara kelompok. Dalam situasi demikian, pemimpin diharapkan untuk mengambil tindakan korektif, menjalankan pengaruh kepemimpinannya dan mengembalikan harmoni dan usaha kooperatif antara para pengikutnya.
4)      Teori supportif
Pihak pemimpin berangapan bahwa para pengikutnya ingin berusaha sebaik baiknya dan bahwa ia dapat memimpin dengan sebaiknya melalui tindakan membantu usaha mereka. Untuk maksud itu, pihak pemimpin menciptakan suatu lingkungan kerja yang membantu mempertebal keinginan pada setiap pengikut untuk malaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, bekerjasama dengan pihak lain, serta mengembangkan skillnya serta keinginannya sendiri. Saran-saran mengenai bagaimana melaksanakan pekerjaan lebih baik
5)      Teori laissez faire
Seorang pemimpin memberikan kebebasan seluas luasnya kepada para pengikutnya dalam hal menentukan aktvitas mereka, ia tidak berpartisipasi, atau apabila hal itu dilakukan , maka partisipasi tsb hampir tidak berarti. Pendekatan ini merupakan kebalikan langsung dari teori otokratis.
6)      Teori perilaku
Seorang pemimpin tidak berkelakuan sama ataupun melakukan tindakan identik dalam setiap situasi yang dihadapi. Hingga pada tingkat tertentu bersifat fleksibel, karena ia beranggapan bahwa ia perlu mengambil langkah yang paling tepat untuk menghadapi sesuatu  problem tertentu. Hal ini memberikan gambaran tentang sebuah “kontinuum” di mana tindakan pemimpin dan jumlah otoritas yang digunakan dihubungkan dengan kebebasan pembuatan keputusan atau partisipasi yang terbuka bagi pihak bawahan.
7)      Teori situasi
Pendekatan ini untuk menerangkan kepemimpinan menyatakan harus terdapat banyak fleksibilitas dalam kepemimpinan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai macam situasi. Kepemimpinan bersifat multidimensi. Pada teori ini, dianggap bahwa kepemimpinan terdiri dari tiga macam elemen yakni: pemimpin-pengikut-situasi. Situasi dianggap sebagai elemen yang terpenting karena ia memiliki paling banyak variabel.
8)      Teori sosial/sifat
Diantara sifat sifat yang dianggap harus dimiliki seorang pemimpin antara lain: Intelegensi, Inisiatif, Energi, Kedewasaan emosional, persuasif, Skill komunikatif, Kepercayaan diri, Perseptif, Kreativitas, Partisipasi sosial.



5.        GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan didefinisikan “sebagai kombinasi yang berbeda dari perilaku tugas dan hubungan yang digunakan untuk mempengaruhi orang lain untuk menyelesaikan tujuan” (Huber, 2000).Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu, untuk mencapai suatu tujuan.
Dasar yang sering digunakan untuk mengelompokkan gaya kepemimpinan adalah :
1)      Tugas yang harus dilakukan oleh pemimpin
2)      Kewajiban pemimpin
3)      Falsafah yang dianut oleh pemimpin.
Beberapa gaya kepemimpinan:
1)        Kepemimpinan Karismatik, dicirikan dengan suatu hubungan emosional antara pemimpin dan anggota kelompok yang dipimpinnya ”menginspirasi orang lain dengan mendapatkan komitmen emosional dari pengikut dan dengan membangkitkan rasa setia dan antusiasme yang kuat”. Suatu hubungan karismatik ada saat pemimpin dapat mengkomunikasikan rencana perubahan dan pengikut mematuhi rencana karena keyakinan dan kepercayaan mereka terhadap kemampuan pemimpin. Pengikut dari pemimpin karismatik dapat mengatasi kesulitan ekstrem untuk mencapai tujuan karena keyakinan mereka terhadap pemimpin. Pemimpin dianggap beriwibawa, berkemampuan menjadi teladan, serta bersikap objektif.
2)        Kepemimpinan otoriter,pemimpin membuat keputusan untuk kelompok, gaya kepemimpinan seperti ini disebut sebagai kepemimpinan direktif atau otokratik. Pemimpin menganggap bahwa semua kewajiban untuk menentukan kebijakan, memberikan perintah, motivasi, arahan, berpusat di tangannya. Seorang otokrat juga mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk meminimalkan penyimpangan dari arahan yang ia berikan. Pemimpin seperti ini merasa bahwa hanya ia yang berkompeten untuk memutuskan dan menganggap bahwa bawahannya tidak mampu untuk mengarahkan diri mereka sendiri. Di lain pihak, ia mungkin mempunyai alasan-alasan untuk mengambil posisi yang kuat untuk mengarahkan dan berinisiatif.
Kepemimpinan otoriter mungkin paling efektif pada situasi yang membutuhkan keputusan segera, ketika seseorang harus mengemban tanggungjawab tanpa ditentang oleh anggota tim yang lain. Juga pada saat anggota kelompok tidak mampu atau tidak ingin berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
3)        Kepemimpinan Demokratis atau partisipatif, gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan kemampuan seseorang. Pemimpin demokratis menggunakan kekuatan pribadi dan kekuatan jabatan untuk menarik gagasan dari para pegawai dan memotivasi anggota kelompok kerja untuk menentukan tujuan mereka sendiri, mengembangkan rencana mereka, dan mengontrol praktik mereka sendiri. Pemimpin bertindak sebagai katalisator, secara aktif memandu kelompok ke arah pencapaian tujuan kelompok. Kepemimpinan demokratis dilandaskan pada prinsip sebagai berikut:
a.       Setiap anggota kelompok harus berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
b.      Kebebasan keyakinan dan tindakan diperbolehkan dalam batasan yang masuk akal yang ditetapkan oleh masyarakat dan kelompok.
c.       Tiap individu bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri dan kesejahteraan kelompok
d.      Harus ada perhatian dan pertimbangan untuk tiap anggota kelompok sebagai individu yang unik
Meskipun kepemimpinan demokratis kurang efisien dan lebih tidak praktis dibandingkan kepemimpinan otoriter, kepemimpinan jenis ini memungkinkan motivasi diri dan kreatifitas lebih besar di dalam anggota kelompok. Kepemimpinan demokratis membutuhkan kerjasama dan koordinasi yang sangat besar dari anggota kelompok. Gaya kepemimpinan ini dapat sangat efektif dalam tatanan perawatan kesehatan.
4)             Kepemimpin Laissez-Faireatau gaya “membiarkan” atau tanpa pengarahan adalah gaya mengatur atau mengkoordinasi, dan memaksa bawahan untuk merencanakan, melakukan, dan menilai pekerjaan mereka sendiri. Pemimpin tidak aktif, pasif, dan permisif, yang memberikan sedikit perintah, pertanyaan, anjuran, atau kritikan. Meskipun terdapat derajat kepemimpinan yang non direktif yang bervariasi, partisipasi kepemimpinan, secara umum, minimal. Anggota kelompok dapat bertindak secara mandiri akibat kurangnya kerjasama atau koordinasi. Apatis, kekacauan, dan frustasi dapat meningkat.
Pendekatan laissez-faire akan berhasil sangat baik jika anggota kelompok memiliki kematangan personal dan profesional, sehingga saat kelompok telah membuat keputusan, anggota kelompok berkomitmen terhadap keputusan itu dan memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk mengimplementasikannya. Setiap anggota kelompok individu kemudian melakukan tugas dalam keahlian mereka, dengan pemimpin bertindak sebagai narasumber.
5)        Kepemimpinan situasional, tingkat pengarahan dan dukungan bervariasi bergantung pada tingkat kematangan pegawai atau kelompok. Pemimpin menerapkan satu dari empat gaya :
a.       Direktif, gaya kepemimpinan yang dicirikan dengan pemberian instruksi yang jelas dan arahan spesifik untuk pegawai yang tidak matang
b.      Coaching, gaya kepemimpinan yang dicirikan dengan pengembangan komunikasi dua arah dan membantu pekerja yang menuju kematangan membangun rasa percaya diri dan motivasi
c.       Supporting, gaya kepemimpinan yang dicirikan dengan komunikasi aktif dua arah dan mendukung upaya pekerja yang matang untuk menggunakan bakat mereka
d.      Delegating, gaya kepemimpinan tanpa intervensi ketika pegawai yang sudah sangat matang diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan rencana dan membuat keputusan tugas
Isu penting dalam kepemimpinan situasional adalah nilai yang diletakkan pada penyelesaian tugas dan pada hubungan interpersonal antara pemimpin dan anggota kelompok serta antar anggota kelompok.
6)        Kepemimpinan transaksional, menunjukkan manajer tradisional yang berfokus pada tugas dari hari ke hari dalam mencapai tujuan organisasi. Pemimpin transaksional memahami dan memenuhi kebutuhan kelompok. Hubungan dengan pengikut dilandaskan pada pertukaran beberapa sumber yang dihargai pengikut. Insentif ini digunakan  untuk meningkatkan kesetiaan dan performa.
7)        Kepemimpinan transformasional, mempertimbangkan karakteristik manajer menekankan kembali visi yang dibagi manajer dengan kelompok dan menekankan pentingnya mempersiapkan orang untuk berubah. Kepemimpinan transformasional dicirikan dengan empat faktor primer :
a.       Karisma, pemimpin karismatik sangat dihargai dan dipandang dengan penuh rasa hormat, dedikasi, dan kekaguman. Mereka menetapkan standar tinggi, menantang staff mereka untuk melebihi tingkat usaha yang diharapkan
b.      Motivasi inspirasional, pemimpin berbagi visi dengan staff yang menarik emosi dan cita-cita mereka
c.       Simulasi intelektual, pemimpin  menstimulasi pengikut untuk mempertanyakan secara kritis mengenai apa yang mereka lakukan dan mengapa.
d.      Contingent reward, pemimpin menyadari tujuan yang disepakati bersama dan memberikan penghargaan pada pencapaian pegawai.
Kepemimpinan transformasional diharapkan menjadi hal yang sangat penting dalam menciptakan sistem perawatan kesehatan yang mewujudkan kesejahteraan komunitas, perawatan dasar untuk semua, efektifitas biaya, dan asuhan keperawatan holistik.
Enam faktor dalam kepemimpinan transformasional yang akan mempengaruhi perubahan-perubahan antara lain :
a.       Menguasai perubahan
b.      Berfikir sistem
c.       Visi bersama
d.      Perbaikan kualitas secara terus menerus
e.       Kemampuan untuk mendefisinikan kembali perawatan kesehatan
f.       Komitmen untuk melayani publik dan komunitas
8)      Caring leadership, adalah suatu konsep yang merupakan perluasan dari transformasional yang menyatakan : manajemen yang baik sebagian besar adalah urusan caring, karena manajemen yang tepat melibatkan caring untuk orang lain, tidak memanipulasi mereka. Caring leadership mengenali pentingnya caring dalam praktik keperawatan yang mengkombinasikan konsep teori caring dan teori keperawatan .
9)      Kepemimpinan yang efektif adalah suatu proses yang dipelajari yang membutuhkan pemahaman mengenai kebutuhan dan tujuan yang memotivasi kelompok, pengetahuan untuk mengaplikasikan ketrampilan kepemimpinan, dan ketrampilan interpersonal untuk mempengaruhi orang lain. Kepemimpinan humanistik dapat bertindak sebagai alat untuk menciptakan lingkungan yang menstimulasi, memotivasi, dan memberdayakan perawat profesional.
10)  Kepemimpinan partisipatif, seorang pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya secara konsultatif adalah pemimpin yang menggunakan gaya partisipatif. Artinya, ia tidak mendeklarasikan wewenangnya untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu kepada staf / bawahannya. Akan tetapi, ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari para bawahan mengenai keputusan yang akan diambil. Pemimpin dengan gaya pertisipatif akan secara serius mendengarkan dan menilai pemikiran para bawahannya dan menerima sumbangan pemikiran mereka, sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktikan. Pemimpin seperti itu akan mendorong kemampuan mengambil keputusan dari para staf/bawahannya. Selain itu, ia juga mendorong staf agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin akan menjadi lebih suportif dalam kontak dengan para staf/bawahannya dan bukan bersikap diktator. Meskipun, tentu saja wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan ada pada pemimpin.
11)  Kepemimpinan free reign, pemimpin mendelegasikan wewenang untuk mengambil keputusan kepada para bawahan dengan agak lengkap. Pada prinsipnya pemimpin akan mengatakan, “ inilah pekerjaan yang harus Anda lakukan. Saya tidak perduli bagaimana Anda mengerjakannya, asalkan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan dengan baik “. Di sini pemimpin menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada para staf/bawahan. Dalam hal ini, pemimpin menginginkan agar para staf/bawahan dapat mengendalikan diri mereka masing-masing dalam menyelesaikan tugas tersebut.
Selain beberapa gaya kepemimpinan di atas, ada pula beberapa gaya kepemimpinan yang lain, yaitu :
1)      Gaya militeristik, yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin menuntut disiplin yang tinggi dan baku dari bawahann, senang pada formalitas, dan menerapkan sistem perintah untuk mengarahkan bawahan.
2)      Gaya paternalistik, yaitu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin sering bersikap mahatahu, menganggap bawahan belum dewasa, dan jarang memberi kesempatan pada bawahan untuk mengambil keputusan dan insiatif, maupun mengembangkan kreativitas.
Selain itu, dalam buku Creative Edge, William C. Miller menguraikan lima gaya kepemimpinan, yaitu :
1)      Memerintah ( tell ),contoh : “Berdasarkan keputusan saya, ini adalah apa yang saya ingin Anda lakukan”
2)      Membujuk (sell), contoh : “Berdasarkan keputusan saya, saya ingin Anda lakukan, karena……”
3)      Berkonsultasi ( consult ), contoh : “Sebelum saya membuat keputusan, saya menginginkan masukan dari Anda”
4)      Meminta partisipasi (partisipative). Contoh : “Kita perlu membuat suatu keputusan bersama”
5)      Mendelegasikan ( delegate ),contoh : “Anda saja yang membuat keputusan”
Dalam penggunaannya sehari-hari, gaya kepemimpinan William C. Miller tersebut dimodifikasi menjadi tiga gaya saya, yaitu tell, participative, dan delegate. Gaya tersebut digunakan oleh pemimpin untuk menilai staf/bawahannya satu persatu, apakah si A termasuk jenis “tell”, pegawai yang setiap saat harus diarahkan secara detail dalam melakukan tugas. Akan tetapi bila si B adalah pegawai yang dapat memberikan masukan pada pemimpin, maka si B termasuk dalam golongan “ participative” sehingga pemimpin dapat menggunakan gaya partisipatif dalam memberikan tugas kepada si B, dan seterusnya.


6.        PERAN PEMIMPIN PADA UMUMNYA
1)      Menetapkan arah dasar: merumuskan visi yang memuat nilai-nilai dasar yang mau dikejar, misi, tujuan, sasaran dan strategi pencapaiannya
2)      Mampu mengkomunikasikan dengan baik visi-misi organisasi kepada yang dipimpinnya
3)      Menggerakkan orang lain yang dipimpin dengan membangun koalisi & kerjasama dalam tim
4)      Memotivasi dan memberi inspirasi kepada orang-orang yang dipimpinnya
5)      Membuat perubahan yang diperlukan guna memcapai tujuan
6)      Mendelegasikan tugas dan mengontrol pelaksanaannya
7)      Memberdayakan staf dan anak buah dengan melatih & memberi kepercayaan
8)      Mengambil keputusan dan bertanggung jawab atasnya
7.        KIAT SEORANG PEMIMPIN UNTUK MEMPERTAJAM DAN MENINGKATKAN JIWA KEPEMIMPINAN :
1)      Memiliki kepemimpinan karismatik yang tidak dapat diukur secara kuantitas
2)      Memiliki kecerdasan, kepandaian, dan pengetahuan mengenai pekerjaan yang ditangani
3)      Memiliki sifat adil, cerdas, baik, realistis,
4)      Memiliki keyakinan untuk berhasil
5)      Selalu tertantang untuk menyelesaikan pekerjaan
6)      Mengetahui tugasnya
7)      Pandai mengawasi dan menganalisis
8)      Sanggup mendelegasikan wewenang
9)      Menetapkan standar yang cukup tinggi
10)  Mempunyai prestasi tinggi
11)  Dapat menetapkan dan meraih tujuan , ambisi dan sasaran
12)  Mengakui kelemahan dan kekuatan diri sendiri dan orang lain
13)  Dapat mengukur tingkat keberhasilan atau kegagalan
14)  Belajar dari pengalaman langsung
15)  Memahami penggunaan kekuasaan
16)  Dapat menemukan dan menggunakan sumberdaya secara tepat

8.        CIRI PEMIMPIN YANG SUKSES
1)   Mampu menggerakkan semangat dan dukungan staf serta karyawannya
2)   Berani mengakui kesalahan dan menerima konsekuensinya daripada menyalahkan orang lain
3)   Dapat menyesuaikan diri dengan banyak orang yang bervariasi dan peka terhadap orang lain
4)    Memiliki ketrampilan hubungan interpersonal yang tinggi
5)   Tenang dan penuh keyakinan, memiliki integritas pribadi
6)   Peduli dan solider dengan yang dipimpin serta dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi mereka
9.        KUALITAS PRIBADI PEMIMPIN SEJATI  (C.Lowney)
1)   Self-awareness: memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai dan pandangan hidup yang ia perjuangkan dan hayati
2)   Ingenuity: dengan penuh keyakinan melakukan inovasi dan adaptasi guna menanggapi dunia yang terus berubah
3)   Love: melibatkan orang lain dengan sikap positif dan penuh cinta guna mengembangkan potensi mereka
4)   Heroism: memberikan energi kepada dirinya dan orang lain dengan memupuk heroic ambitions & passion for excellence
KEPEMIMPINAN DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
SERVANT LEADERSHIP
1)             Customer service :rule 1 : if we don’t take care of our customer, some-one else will
2)             Punya customer satisfaction vision
3)             Berusaha memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen = kunci keberhasilan dalam persaingan
4)             Tidak otoriter dan tanpa kekerasan, tetapi rendah hati dan penuh cinta
5)             Mencapai tujuan dengan saling melayani

COMPASSIONATE LEADERSHIP
1)             5 tahap yang harus dilalui:
a.       turun langsung kelapangan (go)
b.      melihat kenyataan yang ada (see)
c.       berempati dengan dan merasakan penderitaan orang lain yang dihadapi (feel)
d.      peduli (care)
e.       bertindak menolong (act)
2)             Mendorong tindakan kasih yang inklusif
3)             Tanggapan seketika terhadap kebutuhan langsung dalam situasi konkret
4)             Perlu layanan profesional tapi tidak melulu teknis
5)             Butuh pendidikan hati yang peduli pada yang miskin dan menderita
EMPOWERING LEADERSHIP
1)             Bersikap positif terhadap rekan kerja dan orang yang dipimpin: mengenali potensi mereka dan mengembangkannya
2)        Mampu memotivasi orang untuk memberikan yang terbaik dari dirinya
3)             Mendelegasikan tugas seraya melatih anak buah untuk meningkatkan kinerjanya
KEPEMIMPINAN SEBAGAI “GEMBALA” YANG BAIK
1)      Mengenal nama dan menyapa dengan nama orang yang dipimpinnya
2)      Mengenal kondisi masing-masing anak buahnya
3)      Mengenal medan penggembalaannya
4)      Tahu cara yang tepat untuk berkomunikasi dengan para anak buahnya dan menggerakkan mereka
5)      Menjaga, melindungi, mencintai anak buahnya
6)      Mengutamakan keselamatan anak buahnya dari pada keselamatannya sendiri
7)      Dapat menjadi panutan bagi anak buahnya
8)      Mau mendengarkan keluhan dan umpan balik dari yang dipimpin
STEWARD LEADERSHIP
(“Steward” = orang yang diberi kepercayaan untuk mengelola harta kekayaan milik orang lain; harta itu bukan milik sendiri)
1)      Pemimpin wajib mempertanggungjawabkan kebijakan dan keputusannya kepada Tuhan dan stakeholders
2)      Perlu jujur, jeli dan kreatif mengusahakan pengembangan modal yang dipercayakan kepadanya
LEADING WITH INTEGRITY
1)      Pemimpin seharusnya dapat dipercaya oleh orang yang dipimpinnya, perlu memiliki integritas (satunya kata dan perbuatan)
2)      Pemimpin seharusnya memiliki wibawa karena kekuatan karakter dan keutuhan kepribadiannya
Setelah kita mengetahui berbagai gaya kepemimpinan, pertanyaan yang muncul adalah, gaya kepemimpinan manakah yang dianggap paling baik? Sukar untuk menjawabnya, karena tidak ada gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua situasi. Jawaban yang lebih tepat, gaya kepemimpinan yang diterapkan harus memperhatikan berbagai faktor seperti faktor organisasi, pemimpin ( manajer ), bawahan, dan situasi penugasan.


Referensi
Kathleen Koenig Blais (et al), Praktik Keperawatan Profesional : Konsep & Perspektif, Ed. 4
            Alih bahasa: Yuyun Yuningsih, Nike Budhi Subekti, Jakarta: EGC, 2007.
Nusalam, Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika, 2011.
Patricia S. Yoder-Wise. Leading and Managing in Nursing. Third Edition. USA:  Mosby, 2003.
Suarli, Yanyan Bahtiar, Manajemen Keperawatan Dengan Pendekatan Praktis. Jakarta:
Erlangga 2010.
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: BPFE Fakultas Ekonomi UGM, 2003.
Winardi, Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.